Mengapa Orang Tionghoa Merayakan Tahun Baru Imlek?

Dari tahun ke tahun, perayaan Tahun Baru Imlek bagi sebagian besar orang Tionghoa menjadi perayaan wajib. Dengan populasi Tionghoa yang lebih dari 1,3 milyar di dunia (sekitar 50 juta berada di luar Tiongkok), tak heran jika perayaan Tahun Baru Imlek juga populer di luar Tiongkok. Di negara-negara Asia Tenggara, gong xi fa chai (恭喜發財) merupakan frasa yang cukup populer untuk mengucapkan Selamat Hari Tahun Baru Imlek. Terlebih di Indonesia sendiri, Tahun Baru Imlek menjadi salah satu hari libur nasional.

Walau seringkali dianggap hari raya agama Konghuchu, orang-orang Tionghoa di Indonesia yang tidak menganut agama Konghuchu tetap merayakan Imlek dan menganggapnya sebagai perayaan penting. Tradisi perayaan Imlek sangat beragam, biasanya identik dengan dekorasi lampion merah, barongsai, dan angpao. Parade perayaan Tahun Baru Imlek juga dapat ditemui di berbagai tempat seperti mall atau tempat wisata. Bahkan, beberapa gereja juga mengadakan kebaktikan untuk merayakan Tahun Baru Imlek, terutama gereja-gereja yang jemaatnya mayoritas orang Tionghoa. Namun, bagaimana asal-usul perayaan Tahun Baru Imlek dan mengapa banyak sekali orang Tionghoa yang merayakannya?

Lanjutkan membaca “Mengapa Orang Tionghoa Merayakan Tahun Baru Imlek?”

Pembangunan Kota Jakarta Hanya untuk Kaum Borjuis

Jakarta adalah satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat dengan provinsi. Dahulu pernah dikenal dengan beberapa nama di antaranya Sunda Kelapa, Jayakarta, dan Batavia. Saat ini, Jakarta juga dikenal sebagai kota The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York (Big Apple). Sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini sudah terlanjur menjadi kota yang memiliki jumlah mall terbanyak di dunia. Pembangunan-pembangunan di Jakarta terus berkembang dan seakan tak pernah habis. Namun, sebenarnya untuk siapakah pembangunan-pembangunan tersebut?

Lanjutkan membaca “Pembangunan Kota Jakarta Hanya untuk Kaum Borjuis”

Biosentrisme dan Kepedulian terhadap Lingkungan Alam

Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.

Seiring perjalanan hidup manusia dari zaman dulu hingga zaman modern sekarang, manusia sering melakukan kesalahan yang mengakibatkan rusaknya lingkungan. Pemikiran manusia cenderung antroposentris, menganggap kehidupan manusia lebih penting daripada yang lain. Namun di zaman sekarang, seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk melestarikan lingkungan hidup, pemikiran kaum peduli lingkungan banyak yang cenderung biosentris dan ekosentris.

Lalu, apa saja kerusakan lingkungan dan ulah buruk manusia? Mengapa keanekaragaman hayati itu penting? Apa itu antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme? Mengapa biosentrisme memiliki kaitan erat dengan kepedulian terhadap lingkungan?

Lanjutkan membaca “Biosentrisme dan Kepedulian terhadap Lingkungan Alam”